SEBUTIR BIJI!
Baik bacaan pertama maupun bacaan Injil menyebut tentang benih sedangkan bacaan kedua tentang benih iman. Jadi dalam refleksi ini, saya ingin merenung tentang benihnya.
Benih merupakan awal atau titik tolak kehidupan (pohon) yang baru. Benih itu telah ditanam “di gunung yang tinggi,” dan benih itu akan bertumbuh dan “mengeluarkan cabang-cabang dan kemudian menghasilkan buah, menjadi pohon aras yang megah” (Ez 17:).
Proses tumbuhnya benih itu begitu tersembunyi dan mistis. Namun dalam bacaan Injil, Yesus menjelaskan lebih dalam tentang Kerajaan Allah itu seperti apa. Dia memberikan perumpamaan tentang biji sesawi. Ada seorang laki-laki yang menaburkan benih di tanah, dan laki-laki itu tidak mengetahui bagaimana benih itu akan bertunas dan bertumbuh. Hanya Dia yang memciptakannya yang tahu, bagaimana perkembangan benih, tumbuh dan bermekaran daunnya. Itulah Pencipta dunia, Tuhan yang mampu merendahkan pohon yang tinggi, dan meninggikan pohon yang rendah, dan membuat pohon yang hijau menjadi layu, dan membuat pohon yang layu menjadi berbunga. Kemudian, semua makhluk memuji keajaibannya.
Jika benih ingin menjadi pohon, maka benih itu harus dikubur di dalam tanah, dan jika benih itu mati, maka ia akan menghasilkan buah yang banyak. Tuhan adalah penaburnya dan kita adalah benih-benih yang ditanam di kebunnya. Benih-benih tersebut harus mati agar pohon menjadi hidup dapat bertunas dari dalam tanah, menjadi pohon yang membawa dan memperlihatkan kehijauan alam dan keindahan Tuhan.
Injil hari ini adalah ajakan yang memanggil kita untuk tenggelam dalam Kristus, dan kita akan hidup dalam kasih-Nya, dan kita akan menemukan diri kita di dalam Dia. Hidup berarti mati, sedangkan mencintai berarti berbagi. Jadi, marilah kita menjalani hidup dengan iman kepada Kristus, untuk menjadi saksi kasih dan harapan-Nya di dunia yang terluka ini. Bagaikan pohon yang bagus dan berkembang menjadi besar seperti biji sesawi yang telah mengeluarkan cabang-cabangnya yang besar sehingga burung-burung di udara dapat berdiam di bawah naungannya. Untuk menemani saudara-saudara kita dalam perjalanan ini.
Benih Iman: pada bacaan kedua Santo Paulus menekankan iman, iman yang hidup adalah tanpa melihat, dimana kita berani berpikir dan percaya.
Ya, kita tidak bisa melihat Tuhan tapi kita percaya kepada-Nya. Kita dapat merasakan Tuhan hadir di antara kita melalui pengalaman kita walaupun sering secara acuh tak acuh dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita adalah pengikut Kristus, kita berjalan dengan iman dan bukan karena melihat. Beliau menyemangati dan mengingatkan kita bahwa suatu saat kita akan meninggalkan tubuh fana ini dan pulang kepada Tuhan. Marilah kita membagikan firman Tuhan kepada semua orang, terutama mereka yang rindu dan ingin mendengar kabar baik serta mengenal Tuhan.
Setiap hari dalam hidup, kita mengingatkan diri kita sendiri untuk menjadi baik dan lebih baik lagi, dari hari ke hari. Dan semoga kita mengetahui bagaimana berbuat baik dan peduli terhadap sesama, kapanpun kita bisa dan tetap teguh iman kepada Tuhan.
Percayalah kepada-Nya dalam segala hal yang kita lakukan, karena Dia adalah pembimbing, pelindung, dan Tuhan yang setia. Hanya di dalam Dia, kita mempunyai kehidupan dan kebahagiaan sejati.
Refleksi oleh Miriam Y Phol
Alih bahasa : Bp Theo Atmadi OP
Recent Comments