DI DALAM YESUS KITA MENGHASILKAN BUAH
Dalam Injil hari ini, Yesus menceritakan kepada murid-murid-Nya, perumpamaan tentang pokok anggur dan ranting-rantingnya, yang menyerupai hubungan kita dengan-Nya. Bagaimana cabang-cabangnya saling terhubung dan mengeluarkan getah dan nutrisi untuk tumbuh dari pokok anggur, demikian pula kita, agar tetap berada di dalam Tuhan dan diambil dari Sumber Kehidupan segala rahmat dan penopang yang cukup untuk bertumbuh dan menghasilkan buah.
Yesus adalah Pokok Anggur yang Sejati, dan jika kita tetap berada di dalam Dia, kita dapat menemukan jati diri kita yang sebenarnya. Berhubungan bersama-Nya dalam doa dan keheningan, kita akan menemukan kedamaian batin yang terpancar dari Dia yang sumber kehidupan.
Karena dipersatukan dengan Kristus, kita tidak takut dihakimi atau dikritik, namun kita bebas melakukannya, mengekspresikan diri kita yang sebenarnya tanpa berpura-pura dan dalam berelasi dengan orang lain, kita akan mencintai mereka apa adanya seperti siapa mereka tanpa prasangka dan sikap bias.
Kita percaya pada Firman-Nya, Seperti pokok anggur yang harus dipangkas agar menghasilkan lebih banyak buah, jadi kita pun harus mengijinkan Tuhan memangkas dari seluruh diri kita, sehingga selaras dengan kehendak Tuhan, agar kita juga dapat menghasilkan buah dan menjadi murid Kristus yang sejati.
Seperti halnya kitab Ibrani berkata: “Sebab Tuhan memberi didikan kepada orang yang dikasihi-Nya, dan Dia menghajar setiap anak laki-laki menerima.”
Dia memangkas kita melalui kesulitan-kesulitan yang kita alami; Dia menghukum kita melalui penderitaan yang tidak kita ingin hadapi. Dengan cara ini, kita dimurnikan dan hari demi hari menjadi lebih seperti Kristus.
Segera setelah Tuhan menyelesaikan waktu pemangkasan-Nya, Dia akan mengolah kita sehingga kita bisa diubahkan dan dijadikan baru sehingga kita dapat menghasilkan buah-buah Roh yang berlimpah: kasih, sukacita, kedamaian, kesabaran, kebaikan… (Gal 5:22-23).
Pada akhirnya dan pada gilirannya, kita bisa menjadi persembahan kepada Tuhan dan pelayanan semua yang telah Dia percayakan kepadaku sepanjang perjalanan ini.
Marilah kita berdoa:
Penguasa Kehidupan dan kasih sayang,
Tolong, pangkaslah aku dari segala emosi, rasa ketidak percayaan, dan kebanggaan diri sendiri yang menghalangiku untuk percaya dan keyakinan pada-Mu.
Singkirkan sifat egois dan egoku, yang menghalangiku untuk menjangkau orang lain. Dan, Tuhan, berikan aku pikiran-Mu agar aku selalu memikirkan Kerajaan Allah.
Beri aku mata-Mu agar aku dapat menyampaikan kasih sayang dan belas kasihan-Mu,
Beri aku telinga-Mu untuk mendengar tangisan orang miskin.
Berikanlah aku Hati-Mu agar aku dapat mencintai orang lain tanpa syarat seperti Engkau.
Berikan aku tangan-Mu agar aku dapat memberikan sentuhan penyembuhan,
Berikan kepadaku mulut-Mu yang hanya membicarakan perkataan keselamatan.
Yang terpenting, ijinkan aku untuk selalu tinggal di dalam-Mu dan berada dalam kesatuan yang intim dengan-Mu. Amin.
Refleksi: Oleh Maia Thu Hien.
Alih Bahasa : Bp Theo Atmadi OP
Recent Comments