Refleksi Rabu dalam Pekan Suci 5 April 2023

 

Yudas Iskariot VS Giorgio Frassati

 

Sangat tidak asing lagi bagi kita sosok Yudas Iskariot murid Yesus yang dikisahkan dalam Injil hari ini. Istilah pengkianat Yesus, pencuri, munafik, kikir melekat pada dirinya. “Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku (Mat 26:23). Sosok yang lain yang juga murid Yesus di jaman lebih modern adalah orang muda suci dan penuh suka cita  Beato Pier Giorgio Frassati diperingati kelahirannya 6 April. Dua murid Yesus yang sangat berbeda karakater ini muncul dalam permenungan saya. Perbedaan mereka bak bumi dan langit yang menggambarkan dua karakter yang ada dalam diri kita.

 

Semeja perjamuan dengan Yesus

Duduk semeja perjamuan dengan Yesus, tidak juga memampukan Yudas mengenali siapa Yesus. Motivasi yang salah dalam mengikuti Yesus membuatnya menempuh jalan yang sesat. Yudas Iskariot tidak peduli pada peringatan Yesus, karena di benaknya hanyalah tumpukan uang perak. Penyesalan Yudas menjual Yesus juga tidak berakhir pada pertobatan dengan datang kepada Yesus, melainkan ia memilih untuk menggantungkan dirinya (Mat 27: 5).

Bagi Giorgio Frassati duduk semeja perjamuan dengan Yesus  merupakan sumber kekuatan hidupnya. Tubuh Kristus yang Ia santap setiap hari dalam Ekaristi semakin meneguhkan perjalanan hidupnya dan menjiwai semua tindakannya. Dari Ekaristi dia mendapat energi untuk menghadapi hari harinya,  nafsunya dikuasai dan setiap kesulitan, setiap hambatan untuk hidup benar, diatasi.

Dalam pidatonya, Pier Giorgio menulis kepada Catholic Youth of Pollone, dia meminta: “Makan Roti Tuhan ini dan darinya kamu akan memperoleh kekuatan untuk melawan pertempuran batinmu, pertempuran melawan nafsu dan semua kesulitan, karena Yesus Kristus telah berjanji untuk mereka yang merayakan Ekaristi Kudus akan mengalami hidup kekal dan rahmat yang diperlukan …”

 

Tanggapan akan cinta Yesus

Yudas Iskariot tidak mampu menangkap cinta Yesus. Sosok Yudas sangat jelas ditulis di ayat Injil sebagai murid yang begitu cinta uang. Ia bahkan rela untuk menyerahkan Yesus ke tangan ahli Taurat  untuk tiga puluh keping perak. Yudas sebelumnya sudah diperingatkan oleh Yesus, bahkan dalam perjamuan akhir dikatakan bahwa Yudas lebih memilih dikuasai iblis daripada taat pada Yesus. Yudas begitu cinta kepada uang dan terjebak dalam perangkap iblis. Seringkali ia berbicara seakan mengutamakan pelayanan dan kepedulian terhadap orang miskin, padahal motivasinya jahat karena yang ada di pikirannya hanya uang saja.

Cinta Yesus ditanggapi nyata oleh Giorgio Frassati. Yohanes Paulus II disebut “Orang yang Berbahagia”, “Kita harus selalu bahagia. Kesedihan harus dibuang dari semua jiwa Kristiani. Penderitaan adalah hal yang jauh berbeda dengan kesedihan, yang merupakan penyakit terburuk dari semuanya. Itu hampir selalu disebabkan oleh kurangnya Iman. Tetapi tujuan kita diciptakan menunjukkan kepada kita jalan yang harus kita tempuh, mungkin bertabur banyak duri, tetapi itu bukan jalan yang menyedihkan. Bahkan di tengah-tengah penderitaan yang berat, itu adalah salah satu kegembiraan”

 

Giorgio Frassati memberikan diri dan segalanya untuk Kristus, mempersembahkan banyak waktunya untuk melayani orang sakit dan mereka yang membutuhkan. Ia memutuskan untuk menjadi seorang insinyur pertambangan agar ia dapat melayani Tuhan Yesus Kristus secara lebih baik di antara para pekerja tambang.

Hatinya tergerak dengan rela memberikan sepatunya sendiri untuk si anak lelaki miskin yang datang ke rumahnya. Bahkan kamar tidurnya sendiri diberikan kepada seorang ibu tua dan miskin. Ia menyediakan tempat tidur bagi orang cacat; memberikan dukungan dan bantuan kepada anak-anak janda yang sedang sakit dan dirundung duka.

Sementara dia berbaring di tempat tidur karena sakit menjelang kematian, ia tetap bisa memberikan pesan, memberi arahan saudara perempuannya, dan meminta kepadanya untuk memperhatikan kebutuhan keluarga-keluarga yang yang sudah ia layani dengan penuh kasih.

 

Refeleksi

Murid seperti apakah aku? Sudahkah kita sungguh-sungguh mengenal pribadi Yesus dengan benar dalam seluruh aspek kehidupan kita?  Seberapa dalam pemahaman kita sungguh-sungguh mengenal pribadi Yesus itu dalam seluruh aspek kehidupan kita? Adakah pemahaman atau pengenalan kita akan pribadi Yesus membuat hidup kita semakin serupa dengan Dia, atau justru semakin serupa dengan dunia?  Apakah aku telah benar-benar bertanggung jawab atas kepercayaan dan pelayanan yang diberikan padaku?

 

Setiap orang memiliki alasan mengapa mereka tidak dapat terlibat dalam Gereja mereka, melayani orang miskin, atau menyediakan diri dan waktu bersama Tuhan dalam doa. Alasan terlalu sibuk, terlalu lelah, terlalu tua, atau terlalu muda dan banyak alasan yang lain yang bisa kita buat. Namun, Tuhan memanggil kita untuk melayani Dia tidak peduli seperti apa kita atau tahap kehidupan kita sekarang. Kita diminta untuk memberi dari diri kita sendiri seutuhnya.

 

Marilah setiap kita secara pribadi sungguh-sungguh mengoreksi hati kita masing-masing dan mohon Roh Kudus menolong kita, dan menerangi hati kita untuk melihat apakah motivasi kita sudah benar dalam mencintai Yesus, dalam beribadah, hidup menggereja, dalam memberikan persembahan, dalam pelayanan kita.

 

Kasih kita kepada Yesus adalah yang menjiwai semua perbuatan baik kita. Itulah yang memberi kehidupan dan semangat pada semua hasrat dan tindakan amal kita. Seperti cinta Giorgio Frassati pada Yesus,  dalam Ekaristi, dengan menerima-Nya setiap hari dalam Misa, dia menguduskan segala sesuatu yang dia kerjakan dan dia buat sehingga dia sendiri selalu dimampukan untuk menjadi berkat bagi sesama terutama pada orang yang miskin dan membutuhkan.

 

Doa :

Syukur atas anugerah iman atas kami. Semoga setiap hari, kami semakin teguh berakar pada iman dan dengan harapan yang kokoh, kami pun mampu menunjukkan iman itu dalam laku karya kami dalam cinta kasih yang sempurna. Engkau menganugerahkan bagi Gereja-Mu Beato Pier Giorgio Frassati sebagai teladan iman terutama bagi kami Orang Muda Katolik. Semoga kami terinspirasi dan tergerak untuk mengikuti teladan hidupnya: berakar dan tumbuh dalam Kristus Yesus, teguh dalam iman, harapan dan cinta, serta semangat mengabdi yang tulus bagi mereka yang membutuhkan.

 

Sekilas tentang Beato Pier Giorgio Frassati

Seorang Dominikan Awam. Dia dibeatifikasi pada tanggal 2 Mei 1990 oleh Yohanes Paulus II. Pier Giorgio Frassati adalah aktivis berbagai organisasi yang lahir di Turin, Italia, pada 6 April 1901. Karena sakit polio  tanggal 4 Juli 1925, Pier meninggal dunia pada umur yang masih muda: 24 tahun.

Semboyannya “verso I’alto” yang  artinya ”  menuju  tempat  tertinggi”, kegemaran  Frassati yang  mengajak  jiwa-jiwa  kaum  muda untuk  mencari  Tuhan  ditempat  yang  tinggi, oleh  karenanya  dia  senang  membawa  temannya  mendaki  gunung, bukit  untuk  rekoleksi, dalam  keheningan  mencari  Tuhan.

 

Refleksi oleh: Agatha OP, Dominikan Awam, Komunitas Rosa De Lima Surabaya.