Dalam Cinta dan  Kerendahan hati bahwa Tuhan itu Satu Dalam Dia yang Tiga Pribadi

Bacaan Injil: Yoh 16:12-15

Merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus, kita dipanggil untuk merenungkan ikatan kasih dan persatuan yang intim di antara Bapa, Putra, dan Roh Kudus.  St Basilius Agung dalam penjelasannya tentang kesatuan dalam Tritunggal serta kekhasannya, menunjukkan bahwa kesatuan dalam pluralitas dalam Ketuhanan terletak pada hubungan internal Trinitas, yang terungkap dalam kerja sama mereka.  Jadi, tiga pribadi dalam Tritunggal Mahakudus, meskipun sempurna dan setara dalam kuasa, martabat, dan kemuliaan, memilih untuk bekerja dalam harmoni, bergantung satu sama lain, dan saling menyempurnakan.

Cinta dan keharmonisan Tritunggal Mahakudus memberi kita panduan tentang bagaimana mencintai, hidup dan bekerja sama.  Kerendahan hati, yang meletakkan dasar dan elemen pertama yang membuat mereka, meskipun sempurna dalam segala hal, saling menerima, bekerja sama, dan menyempurnakan satu sama lain.  Begitu juga dengan kita, baik di antara anggota keluarga, di komunitas agama, atau di organisasi apa pun.

Kerendahan hatilah yang membuat kita ingin membangun hubungan dengan orang lain, pertama dengan menerima mereka dan menghargai bakat, kemampuan, bahkan kelemahan mereka.  Dalam kerendahan hati ini, kita tidak akan merendahkan diri kita kepada orang lain, tetapi lebih dari sebelumnya, kita memberikan semua yang terbaik dari kita, hadiah yang kita miliki untuk bekerja sama dengan rekan-rekan kita.  Di sisi lain, kerendahan hati membuat kita mengakui keterbatasan dan kehampaan dalam diri kita, yang akan selalu mengingatkan kita akan kebutuhan orang lain, dan memotivasi kita untuk dengan mudah menghargai karunia orang lain.

Seperti halnya Tritunggal Mahakudus, Cinta Kasih yang mengikat mereka bersama.  Jadi bagi kita, cintalah yang akan membawa dan mempersatukan kita.  Namun, apakah itu Cinta?  Saya terkesan dengan pepatah Bunda Teresa dari Calcutta, yang mengatakan: “Jadi, sangat penting bagi kita untuk menyadari bahwa Cinta, haruslah nyata, harus menyakitkan.  Saya harus rela memberikan apa pun untuk tidak menyakiti orang lain, dan sebenarnya, untuk berbuat baik kepada mereka.”  Dengan kata lain, Cinta membutuhkan pengorbanan;  dan Cinta adalah memberi.  Kasih inilah yang akan benar dan berbuah ketika kita melakukan segalanya untuk memuliakan Tuhan dan berakar pada kasih kita kepada Kristus.

Semoga Kasih Tritunggal Mahakudus mengalir dalam diri kita dan menguatkan kita dalam kelemahan kita, dalam kematian diri pribadi serta pemberian diri.  Semoga Roh Kudus sumber kebenaran ada di dalam diri kita, memenuhi kita dengan kuasa kasih dan hikmat-Nya, dan membimbing kita dalam terang Kebenaran-Nya.

 

Oleh: Anna Theresa Hanh