Bacaan I: Yesaya 49:1–6 Mazmur: 71:1–2, 3–4a, 5ab–6ab, 15, 17
Injil: Yohanes 13:21–33, 36–38
Injil hari ini menawarkan kepada kita pemandangan yang menarik dan mengharukan. Murid terkasih, yang biasanya dikenal dengan St. Yohanes Penginjil, digambarkan yang bersandar pada Hati Kudus Tuhan kita.
Kata Yunani yang digunakan untuk menggambarkan “sisi” (kolpō) Yesus hanya disebut sekali lagi dalam Injil Yohanes, untuk menggambarkan tempat tinggal Putra di pangkuan (kolpon) Bapa. Ini memberi kita gambaran sekilas tentang betapa intimnya persahabatan antara Yohanes dan Yesus.
Dalam konteks inilah Petrus meminta Yohanes untuk mencoba mencari tahu dari Yesus siapa yang akan mengkhianati-Nya. Apa yang luar biasa dari interaksi ini—dan sesuatu yang sering kita lewatkan—adalah bahwa Yesus memberikan jawaban langsung kepada Yohanes! “Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.” (Yohanes 13:26), Dan apa yang terjadi selanjutnya? Yesus mencelupkan potongan itu dan memberikannya kepada Yudas.
Agaknya semua murid pasti memperhatikan tindakan ini, tetapi hanya Yohanes yang tahu apa yang Yesus katakan kepadanya, dan jelas dia memilih untuk tidak membagikan informasi ini kepada orang lain. Dengan cara yang menyayat hati, kemudian, bacaan yang dekat dengan adegan perjamuan terakhir Yohanes mengungkapkan bahwa Yohanes sendiri menerima peringatan dari Yesus tentang apa yang akan terjadi dan siapa yang akan menjadi pengkhianat.
Mengapa Yesus membagikan informasi ini kepada Yohanes? Dan mengapa Yohanes tidak membagikan informasi yang dia peroleh? Mengapa dia tidak segera bergerak dan menghadapi Yudas di depan para Rasul lainnya? Mengapa dia tidak campur tangan untuk mencoba mencegah tragedi malapetaka yang akan menjadi kematian Anak Allah?
Jawabannya: Yohanes percaya sepenuhnya kepada Yesus. Yohanes pasti sangat percaya bahwa Yesus tahu apa yang Dia lakukan dan bahwa memang begitulah seharusnya. Meskipun pada saat itu Yohanes pasti ingin sepenuhnya melakukan sesuatu, sebaliknya ia mengikuti petunjuk Yesus dan hanya melihat dan berdoa dalam keheningan, menyatukan penderitaannya dengan penderitaan Kristus—bahkan sampai ke kaki Salib.
Penderitaan atau kesulitan apa dalam hidup ku dimana Tuhan mengundangku untuk memelukNya dengan kepercayaan?
Renungan diterjemahkan dari buku Journey Through Lent, Reflections on the Daily Mass Readings by Clement Harrold
Recent Comments