Bacaan I: Yeremia 7:23–28 Mazmur: 95:1–2, 6–7, 8–9
Injil: Lukas 11:14–23
Kerajaan Allah sudah dekat. Ini adalah pesan Yesus dalam Injil hari ini ketika Dia memberitahu para pengkritik-Nya bahwa tidak ada wilayah abu-abu dalam tanggapan mereka kepada-Nya. Antara dengan kekuatan Tuhan atau dengan kekuatan Beelzebul setan-setan itu dipaksa keluar—tidak ada pilihan lain..
Yesus menggunakan gambaran jelas dalam menyampaikan maksud-Nya, menggambarkan seperti yang Dia lakukan terhadap istana yang dijaga ketat yang merupakan benteng Setan di dunia ini. Namun pertahanan si jahat tidak cukup, karena Yesus Kristus lebih kuat dari dia, serta membebaskan para pendosa yang ditawan di dalamnya.
Pergulatan rohani itu nyata. Perhatikanlah bahwa ini lebih dari sekadar metafora atau perumpamaan, dan kita masing-masing harus memutuskan di pihak mana kita akan berada. Realitas yang sama inilah yang memungkinkan Yesus begitu tanpa kompromi dalam penilaian-Nya: “Barangsiapa tidak bersama-Ku, ia melawan Aku” (Lukas 11:23).
Kita mungkin cenderung menolak kerasnya pernyataan ini, tetapi kita dapat memahami ketika kita meletakkannya dalam skenario di masa perang. Di medan pertempuran, setiap peserta jelas merupakan kontributor bagi pihaknya sendiri atau pengkhianat yang bekerja untuk kepentingan musuh.
Marilah hari ini kita berdoa memohon rahmat agar dapat menghindari kekerasan hati yang membuat kita berselisih dengan Kristus. Semoga kita juga berdoa dengan keberanian agar selalu berdiri bersama-Nya, walau apa pun yang terjadi kepada kita.
Apakah hal yang menahan saya untuk tidak mempercayai Yesus?
Adakah berhala yang harus saya atasi dalam hidup saya, jika saya ingin melayani Dia dengan seluruh keberadaan saya?
Renungan dari buku Journey Through Lent, Reflections on the Daily Mass Readings by Clement Harrold.
Recent Comments