Yang Mulia Bapa Paus Fransiskus,
Semoga Bapa Paus selalu sehat dan diberkati Tuhan. Saya sungguh bersyukur dan berterima kasih, Bapa Paus berkenan berkunjung ke Indonesia, negara subur dan makmur yang menyimpan sumber daya alam yang berlimpah. Saya bangga menjadi warga Negara Indonesia, terdiri dari ribuan pulau, suku, bahasa, budaya, dan agama. Umat Katolik hidup di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas rakyatnya beragama Islam. Bangsa kami menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika dan Garuda Pancasila sebagai lambang negara. Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sesuai dengan ajaran kristiani, sehingga cara mengamalkan dan menghayati dalam kehidupan sehari-hari merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan.
Bangsa Indonesia memiliki empat pilar yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, yang terus membangun semangat toleransi demi mewujudkan hidup rukun dan damai sehingga kami hidup saling berdampingan dan bergotong royong membangun negara. Umat Katolik dapat berdoa khusuk pada perayaan Natal dan Paskah, dijaga oleh saudara kami umat lintas iman non Katolik. Demikian pula ketika umat Islam beribadat Sholat Idul Fitri dan Idul Adha, kami umat lintas iman siap mengamankan lokasi peribadatan mereka. Pada Natal dan Paska, di beberapa keuskupan dan biara para suster mengadakan open house bagi umat lintas iman, begitu pula sebaliknya para tokoh agama Islam dan tokoh masyarakat ketika Idul Fitri mengadakan open house. Meskipun kami berbeda, tidak menjadi penghalang bagi kami untuk mewujudkan persatuan dan persaudaraan. Motto umat katolik dalam menjalani hidup bermasyarakat dan berbangsa “Seratus persen Katolik dan seratus persen Indonesia” sebagaimana yang menjadi semboyan Mgr. Soegijopranoto SJ. Sehingga kami umat Katolik dapat hidup bermasyarakat dengan baik dan menjalankan kehidupan beragama dengan aman.
Bapa Paus Fransiskus,
Ijinkan saya menyampaikan perasaan hati yang terdalam, jujur saya merasa bahagia begitu mendengar pengumuman resmi dari Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) bahwa Bapa Paus Fransiskus akan berkunjung ke Indonesia pada tanggal 3-6 September 2024, meskipun sempat kecewa ketika Bapa Paus Fransiskus batal mengunjungi Indonesia karena pandemi atau virus “Covid 19”. Namun sejak diumumkan oleh KWI dengan harap-harap cemas, saya terus melambungkan doa, semoga Tuhan Yesus menganugerahkan kesehatan yang baik dan melindungi Bapa Paus, supaya selama berkunjung di Indonesia menjadi berkat dan semakin memperkuat semangat toleransi, perdamaian, dan persatuan bagi bangsa Indonesia khususnya umat Katolik. Saya sebagai biarawati akan mengalami kali kedua pemimpin umat Katolik seluruh dunia berkunjung ke Indonesia, yang sebelumnya adalah Paus Yohanes Paulus II pada 10 Oktober 1989.
Bapa Paus Fransiskus,
Kami umat Katolik sangat senang memiliki sosok pemimpin yang sederhana, murah hati, rendah hati, toleran dan perhatian kepada orang yang terpinggirkan. Pemimpin yang terus menyerukan perdamaian untuk menyatukan umat manusia di seluruh dunia terutama bagi negara yang sedang berperang, mereka telah dikuasai rasa kebencian yang jauh dari ajaran Yesus. Mereka tidak peduli dengan nyawa melayang yang tak terbilang banyaknya. Selamat datang Bapa Paus, kami antusias menanti hari itu tiba. Kami bahagia menyambut Bapa Paus, karena dengan demikian kami menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang bertoleransi, aman dan damai sehingga pantas dikunjungi oleh para pemimpin dunia. Kedatangan Bapa Paus bukan hanya milik kami yang beragama Katolik, namun seluruh rakyat Indonesia sangat senang menyambut sang pemimpin perdamaian dunia. Umat Katolik merindukan untuk bersalaman dengan Bapa Paus, hal itu tidak mungkin karena berjubelnya lautan manusia yang antusias menyambutnya, namun kerinduan kami telah terobati dengan kehadiran Bapa Paus yang menjadi berkat bagi kami seluruh rakyat Indonesia.
Bapa Paus Fransiskus,
Terima kasih atas seruan pertobatan ekologi dalam Ensiklik “Laudato Si” telah menjadi inspirasi bukan saja umat Katolik namun juga non Katolik. Rasa bangga kami semakin melambung, ketika dalam debat cawapres, salah satu kandidat pasangan cawapres non Katolik mengangkat pertobatan ekologi menjadi solusi yang ditawarkan dalam mengatasi kerusakan alam di Indonesia, hal itu telah menunjukkan bahwa seruan pertobatan ekologi disambut baik oleh semua kalangan umat lintas iman yang peduli keutuhan semesta. Ibu pertiwi yang saat ini sedang terluka oleh karena ulah manusia yang merasa sebagai tuan penguasa atas ciptaan lain sehingga berhak merusaknya. Rasa bangga kami semakin bertambah, ketika KWI lantang menolak hak kelola tambang karena komitmen untuk menjaga keutuhan ciptaan.
Bapa Paus Fransiskus,
Tanah air kami memiliki kekayaan baik hayati maupun non hayati. Namun oleh ulah manusia rakus yang ambisi menguasai kekayaan alam sebesar-besarnya dengan mengeruk isi perut bumi secara sewenang-wenang, tanpa mengembalikan hutan hijau pada bekas pertambangan yang ditinggalkan begitu saja, sehingga lubang menganga menjadi kubangan air yang berbahaya bagi warga di lingkungan sekitar. Kami merasakan akibat dari kerusakan alam, dengan terjadinya pencemaran udara, panas, kebakaran, longsor, dan banjir. Manusia rakus telah mengalahkan rasa berkeadilan bagi sesamanya, mengabaikan keselamatan sesama sehingga daerah yang memiliki kekayaan tambang emas, hidup dibawah garis kemiskinan, kelaparan dan penderitaan.
Perubahan iklim merupakan masalah yang berdampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat, serta merupakan tantangan utama yang dihadapi umat manusia saat ini. Akibatnya sangat dirasakan oleh para petani yang mengalami gagal panen dan munculnya berbagai penyakit. Iklim merupakan kebaikan bersama, milik semua, dan untuk semua, sehingga semua orang dipanggil untuk merawat bumi, karena bumi rumah kita bersama. Para aktivis prihatin melihat kerusakan alam dengan segala dampaknya. Mereka terpanggil untuk menggugah kesadaran masyarakat dalam usaha pencegahan terjadinya bencana. Kini pertobatan ekologi menyebar bagaikan virus, merasuk ke dunia pendidikan, maka sejak dini di sekolah TK dan SD mulai dikenalkan ramah lingkungan, seperti melihat sungai atau got yang tercemar dan tersumbat sampah yang mengakibatkan banjir. Dengan demikian, melatih siswa agar membuang sampah pada tempatnya. Bumi harus dirawat dan diperlakukan dengan baik, dari hal yang kecil dan sederhana, dimulai dari diri kita sendiri yang akan berpengaruh bagi orang di sekitar kita, keluarga, dan masyarakat dari tingkat RT hingga dunia usaha terutama pengguna kemasan plastik.
Bapa Paus Fransiskus,
Trimakasih sudah memilih Indonesia sebagai salah satu negara yang terberkati, sosok pribadi yang menginspirasi perdamaian dan ramah lingkungan untuk menghindari dosa ekologi. Pribadi yang memiliki kerendahan hati, cinta akan ibu bumi, ibu yang sabar pemilik semua kemurahan hati. Dalam kerendahan hati, jiwa disuburkan hingga layak menjadi persemaian bagi karya kasih Allah dan sekaligus pemulihan serta pengangkatan kembali martabat kemanusiaan menjadi bagian dari kasih Allah yang suci. Kunjungan Bapa Paus akan menjadi kenangan yang terindah dalam jiwa dan sanubari.
Salam hormat,
Sr. Charlie OP
Recent Comments