Bahwa Sengsara Kristus memiliki dampaknya karena itu adalah Kurban

 

Kurban yang benar adalah sesuatu yang dilakukan untuk memberi penghormatan khusus kepada Tuhan Dia, untuk menyenangkan Dia. St Agustinus mengajarkan hal ini, dengan mengatakan, “Setiap pekerjaan yang dilakukan agar kita dapat, dalam persatuan yang kudus, mengikatkan diri kepada Tuhan adalah pengurbanan sejati, setiap pekerjaan terkait dengan keilahian, yang bahkan hanya dalam bentuk memiliki saja, bisa membuat kita benar-benar bahagia.” Kristus dalam Sengsara menawarkan diri-Nya bagi kita, dan hanya keadaan inilah Dia menawarkan diri-Nya dengan sukarela bagi Tuhan yang adalah hal paling berharga dari semuanya, karena kesediaan itu datang dari

cinta terbesar yang mungkin. Dari situ terbukti bahwa Sengsara Kristus adalah pengurbanan yang sejati.

 

Dan seperti yang dia sendiri tambahkan kemudian. Sebelum ini orang-orang kudus berkurban dalam banyak tanda, berbagai jenis, tetapi inilah pengurbanan yang sejati. Satu hal ini ditandai melalui banyak hal, sebagaimana satu hal ini disampaikan dalam banyak kata, sehingga dapat sering diulang tanpa membuat orang jemu.

 

St Agustinus berbicara tentang empat hal yang ditemukan dalam setiap pengurbanan, yaitu seseorang yang kepadanya persembahan itu dibuat, orang yang membuat, barang yang dipersembahkan dan mereka yang menjadi perantara persembahan tersebut. Ini semua ditemukan dalam Sengsara Tuhan Kita. Itu adalah pribadi yang sama, satu-satunya mediator sejati itu sendiri, yang melalui kurban perdamaian mengembalikan relasi kita dengan Allah, namun tetap satu dengan Dia kepada siapa Dia persembahkan, yang menjadi satu dengan Dia yang kepadaNya  Dia persembahkan, dan diri-Nya sendiri yang adalah orang yang mempersembahkan kurban dan kurban itu sendiri.

 

Memang benar bahwa dalam kurban hukum lama yang memberikan model-model Mesias, daging manusia tidak pernah dipersembahkan, tetapi tidak berarti bahwa Sengsara Kristus bukanlah pengorbanan. Meskipun realitas dan hal yang dijadikan model harus bertemu dalam satu titik, maka tidak perlu bahwa mereka bertemu di setiap titik, karena realitas harus melampaui model itu sendiri . Jadi sangat tepat bahwa pengurbanan di mana tubuh Kristus dipersembahkan bagi kita dimodelkan dengan pengorbanan bukan dari daging manusia tetapi dari hewan kurban, untuk menunjuk bahwa tubuh Kristus adalah kurban paling sempurna dari semuanya. Dan benar Itu adalah kurban yang paling sempurna dari semuanya.

 

  • Karena itu adalah daging dari kodrat manusia yang dipersembahkan, Sangatlah tepat dilakukan oleh manusia dan diterima oleh manusia dalam sakramen.
  • Karena tubuh Kristus mampu menderita dan mati, cocoklah untuk kurban bakaran.
  • Karena tubuh itu sendiri tanpa dosa, ia memiliki kuasa untuk membersihkan dari dosa.
  • Karena menjadi tubuh dari si pemberi persembahan, itu dapat diterima oleh Tuhan dengan alasan kasih yang tak terhingga dari orang itu yang mempersembahkan tubuhnya sendiri.

 

Selanjutnya St. Agustinus berkata, “Apa yang lebih pantas diterima oleh manusia, persembahan yang dibuat bagi mereka sendiri, selain daging manusia, dan apa yang tepat untuk kurban bakaran selain daging yang fana? Dan apa yang begitu bersih untuk penghapusan kekejaman dunia selain daging yang lahir, tanpa noda hasrat duniawi, dari  rahim seorang perawan? Dan apa yang dapat dipersembahkan dan diterima dengan begitu murah hati selain daging pengurbanan kita, tubuh yang dihasilkan dari imam kita?

 

 

 

Alih Bahasa : Bp. Stefanus  Danang Dwi Atmoko OP

Gambar : B. Agatha OP