Bacaan I : 2Raj. 4:8-11,14-16a;

Mzm. 89:2-3,16-17,18-19;

Bacaan I : Rm. 6:3-4,8-11;

Injil : Mat. 10:37-42.

 

Orang yang tidak peka akan kehilangan cinta

 

Dalam Injil hari ini, Yesus mengundang kita untuk menjadi murid-Nya dengan memberikan kesaksian yang membuahkan, penyangkalan diri, penolakan, dan di atas segalanya: Cinta dan mengetahui, bagaimana mencintai.

 

Tampaknya orang-orang justru menjadi sebaliknya, mereka semakin tidak ketida ada ketidakpedulian terhadap segala sesuatu di sekitar mereka.  Ini adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan yang merajalela secara luas bukan hanya pada satu orang, tetapi merayap ke semua lapisan masyarakat – yaitu menjadi wabah penyakit ketidakpekaan.

 

Orang akan melihat ketidakadilan, konflik, kelaparan, kejahatan, kebencian tanpa adanya keluhan, tanpa dendam, tanpa kasih sayang.  Dalam menghadapi kehidupan yang kacau dan tindakan yang tidak masuk akal ini, orang juga akan merasa normal, tidak dendam atau simpatik, tidak ingin berbelarasa, menyentuh mereka yang membutuhkan.  Ada orang-orang yang egois, tidak berperasaan, dan kejam.  Itu sebabnya penyakit yang tidak senmenye, tidak peka akan mudah menular dan menyebar.

 

Orang yang tidak peka adalah orang yang kehilangan cinta.  Ketidakpekaan juga merupakan jalan langsung menuju kejahatan dan melawan cinta.  Karena tidak merasakan cinta, orang menjadi dingin.  Bagian lain juga karena masyarakat modern terlalu sibuk dan menuntut orang untuk bekerja, dan bekerja, tetapi mengabaikan waktu untuk bertukar kehangatan cinta, untuk memelihara emosi.  Ini adalah penyakit klinis di mana otak pasien masih aktif tetapi jantung benar-benar sedingin es.  Orang hanya memikirkan diri mereka sendiri dan kepentingan mereka sendiri. Orang sudah menjadi tidak peka, bagaimana mereka bisa memahami rasa sakit dan perasaan orang lain?

 

Cinta dan kasih sayang itu seperti tetesan air hujan, semakin besar tetesan air hujan semakin deras ia akan mampu memadamkan api kebencian, kecemburuan, menebar kasih sayang dan juga seperti api yang berkobar-kobar di dalam jiwa untuk menyuburkan hidup kita.  Kita masing-masing selalu ingin membangun masyarakat yang lebih baik dan lebih baik, di mana orang dapat hidup damai dan bahagia.

 

Oleh karena itu, satu-satunya hal yang dapat kita lakukan untuk membuat penyakit ketidakpekaan  ini hilang dan “tidak lagi memiliki tempat tinggal” adalah membuka hati kita untuk merasakan, mencintai, dan berbagi esensi itu dengan orang-orang di sekitar kita. Mari penuhi hati kita dengan cinta, belarasa, kebaikan dan rasa bersyukur,  dengan mau memperhatikan sesama yang tidak seberuntung itu.

 

Refleksi Injil Oleh: Teresa Tran Thi Ngoc, Dominikan Sister , East Timor

Alih Bahasa : Bp Theo Atmadi OP