refleksi lectio Divina Minggu ketiga prapaskah

Refleksi Harian Lectio Divina Minggu ketiga Prapaskah

Bacaan I: Keluaran 3:1–8a, 13–15 Mazmur: 103:1–2, 3–4, 6–7, 8, 11

Bacaan II: 1 Korintus 10:1–6, 10–12

Injil: Lukas 13:1–9

Refleksi hari ini ditulis oleh Para Dominikan Awam Indonesia : Bro Ivan Iman (Komunitas Rosa De Lima Surabaya) , Stephanus Danang Dwi Atmoko (Bernardo Scammacca Jakarta) dan Christina Nico (Komunitas St Thomas Aquinas Jakarta)

Yesus menjawab mereka: “Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?  (Luk 13:2)

PENDERITAAN & DOSA

Syalom…Selamat pagi
OMG kok sampai segitu ya nasibnya?!. Amit2 deh aku seperti itu!!. Saya terkadang msh suka mengatakan spt itu. Ternyata hal tsb juga dilakukan oleh orang2 Yahudi dijaman Yesus yg cenderung menghubungkan penderitaan dg dosa. “Orang2 yg mati dg cara yg tdk lazim, pastilah orang2 yg dosanya sangat besar” begitu mereka pikir.
Kadang saya menganggap kalau seseorang mati scr tdk wajar pastilah itu dikrnkan semasa hdpnya ia jahat. Pdhal asumsi spt itu menyesatkan. Kematian seseorang tdk ada hubungannya dg baik jahatnya hdp orang tsb. Apakah misionaris2 yg mati dibunuh, dimakan oleh binatang2 buas atau yg dianiaya sampai mati, itu orang2 jahat?. Justru bagi misionaris2 itu, menderita & mati bagi Kristus merupakan kehormatan dari Allah.

Cara pandang saya spt itulah yg ditegur oleh Tuhan Yesus melalui bacaan Injil hari ini. Daripada menjadikan penderitaan orang lain sbg gosip utk meyombongkan diri, lbh baik menjadikannya sbg panggilan bagi saya utk bertobat.
Tuhan Yesus sdh mengingatkan kepada saya bhw Tuhan sdh ckp sabar menunggu utk bertobat. Tuhan mungkin memberikan kesempatan lebih dari satu kali, namun tentu saja akan datang kesempatan yg terakhir. Tuhan Yesus juga menegaskan bhw orang yg mengeraskan hati utk tdk bertobat akan mengalami kematian yg mengerikan. Tentu yg dimaksud Tuhan Yesus bkn kematian scr fisik, tapi penderitaan kekal yg hrs dihadapi oleh orang yg tdk bertobat. Intinya Tuhan Yesus mengingatkan kpd saya bhw hukuman Allah itu adil. Penolakan akan anugerah Allah membuat seseorang hdp diluar anugerah. Hidup diluar anugerah berarti tertutupnya jalan kehidupan.

Marilah dimasa prapaskah ini kita melihat kembali & memeriksa diri kita, apakah saya cenderung menghakimi kelemahan & dosa orang lain?. Apakah saya cenderung marah atau merespon negatif ketika orang lain menunjukkan kekurangan saya?. Apakah saya pernah menggosipkan kelemahan & dosa pemimpin, teman seiman, suami/istri dihadapan orang lain?. Daripada menyibukkan diri dg pikiran menghakimi yg blm tentu benar, lbh baik saya memfokuskan pd pengembangan diri pribadi ke pintu tobat agar menjadi diri yg lbh baik dari hari ke hari.
Rahmat Allah sendiri yg memampukan kita utk itu. Tuhan Yesus memberkati (Ivan Iman)

 

“Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.”

BERSYUKUR

Renungan/Meditatio :

Bersyukur menjadi bagian orang ‘benar’ memang menyenangkan. Ketika perhelatan pilpres atau pilgub misalnya, kita mendukung salah satu kandidat secara terbuka dan mati-matian lalu jagoan kita menang. Betapa rasa gembira ini tumpah ruah. Dunia berasa naik level jadi surga. Yang menang menjadi kebenaran dan yang kalah menjadi kejahatan. Syukurnya, saya bersama yang benar.

Rasa syukur ini memang sedikit meninabobokan kita. Kita sering dengar orang bilang, “Jadi orang jangan lupa bersyukur!’.  “Wah, tidak pernah lupa itu bersyukur. Ketika lawan politik kalah, saya bersyukur. Saya tidak lupa berdoa kalau sedang makan steak. Ketika MU kalah saya pesta pora. Saya pasti ingat Tuhan kalau dia/orang itu…Bersyukur saya tidak pernah lupa.”

Santa Teresa dari Kalkuta memulai hari-harinya dengan berjalan dari biara ke sekolah menyusuri jalan-jalan Kalkuta yang kotor. Seringkali dia melihat orang tua atau orang sakit hanya ditelantarkan di jalan menunggu ajal menjemput mereka. Dia melihat itu setiap hari. Orang-orang lain juga melihatnya setiap hari. Kita mungkin ikut menyaksikannya dalam waktu. Kemudian suatu hari, Bunda Teresa memutuskan tidak untuk berjalan lagi ke sekolah tetapi mengambil orang-orang terlantar itu. Bunda Teresa bersyukur dan dia bercahaya.

Berdoa/Oratio :

Tuhan Yesus, Kami bersyukur karena Engkau telah memilih kami menjadi umat kesayanganmu. Kami mohon semoga rasa syukur ini dan belas kasihMu dalam merawat kami, membantu kami untuk tumbuh menjadi pohon Ara yang berbuah lebat. Amin. (Stephanus Danang Dwi Atmoko)

 

orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” (Lukas 13:2-5)

Dalam bacaan injil hari ini, dengan tajam dan tegas Yesus menegur orang orang yang membawa kabar berita tentang suatu hal. Betapa kemurnian hati Yesus bisa melihat dan menyelidiki hati mereka yang datang dengan kedok “membawa kabar” dan ternyata ada unsur menghakimi sesama.

Hal yang menggelitik adalah mungkinkah juga para pembawa berita tidak menyadari bahwa mereka sudah menghakimi dan itu adalah salah. Dan dengan maksud baik, mereka membawa kabar, namun ternyata mendapat teguran keras dari Yesus.

Bagaimanakah sikap kita apabila kita ada di posisi pembawa berita itu? Apakah kita merasa tersinggung? Ketika ada teman, orang tua atau sesama yang memberikan masukan entah bentuknya teguran, saran kritik, bagaimana penerimaan kita?

Semua hal ini bisa menjadi sarana bagi kita untuk memurnikan hati, niat dan kehendak bebas secara personal. Alangkah baiknya kita bisa tetap rendah hati untuk menerima semua itu tanpa di ikuti perasaan tersinggung dan merasa dihakimi oleh sesama. (Christina Nico)