YESUS ROTI HIDUP!
Injil hari ini adalah tentang khotbah Yesus tentang “Roti Hidup”. Ini adalah panggilan yang menantang pemahaman rohani kita tentang Yesus sendiri, siapa sebenarnya Yesus! Mungkin, untuk memahami hal ini kita juga memerlukan kearifan rohani.
Sejak awal di pasal 6, Injil menurut Santo Yohanes menyajikan kepada kita Yesus memberi makan lima ribu orang dan semuanya merasa puas, setelah kejadian itu, hari ini orang banyak terus mencari Yesus, sepertinya pertanda baik bahwa seseorang mengenali sesuatu tentang Yesus. dan mereka membutuhkan Dia. Namun Yesus mengecewakan kita dengan mengungkapkan kebenaran bahwa “kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tandanya, tetapi karena kamu makan roti dan merasa kenyang”. Masyarakat salah paham atau tidak paham sama sekali tentang kehadiran ‘Yang Esa’ di tengah-tengah mereka.
Dalam homili penutup Kongres Ekaristi Nasional tahun 2024, Kardinal Luis Tagle mengatakan: ‘Ekaristi adalah momen istimewa untuk mengalami Yesus sebagai HADIAH Diri-Nya sendiri,’ Dia wafat untuk selamanya, Tubuh dan Darah-Nya menjadi makanan rohani kita sebagai Yesus sendiri menegaskan: “Siapa pun yang datang dan makan, tidak akan pernah merasa lapar, dan siapa pun yang beriman dan minum, tidak akan pernah haus.”
Sebagai orang yang percaya kepada Kristus, kita mempunyai kesempatan untuk menghadiri Misa setiap hari dan menerima Roti Kehidupan. Apakah kita mengenalinya sebagai sebuah keistimewaan atau anugerah? Apakah menghadiri Misa hanya sekedar kewajiban untuk ditaati? Sekali lagi saya ingin mencatat homili Kardinal Luis Tagle yang mengingatkan kita bahwa: ‘jika kita kurang menghargai anugerah dan jika cakrawala kita hanya prestasi, kesuksesan, keuntungan maka tidak ada ruang untuk melihat dan menerima anugerah yang cuma-cuma, tidak ada tempat untuk bersyukur dan memberi diri sendiri.‘
Yesus adalah Roti Hidup! Kita berdoa kepada Tuhan agar memberi kita kedewasaan rohani dan iman untuk membedakan apa yang menjadi prioritas untuk diikuti atau dicari, bukan tanda kepuasan materi lainnya. Rasa lapar terbesar kita adalah keintiman dengan Tuhan, akan kehidupan Tuhan di dalam kita, yang Yesus sebut sebagai “kehidupan kekal.” Yesus mengundang kita untuk percaya kepada-Nya dengan segenap keberadaan, hati, jiwa, dan tubuh kita.
Reflection by: Goretti Y Thuyet
Recent Comments