Berkat Menjadi Murid Yesus

 

Penyembuhan ibu mertua Simon diletakkan pada bagian pertama pelayanan Yesus dalam Injil menurut Santo Markus, setelah penyembuhan orang yang kerasukan di Kapernaum. Tampaknya Yesus ingin memperkuat iman muridnya dan memperkuat dedikasi penuh mereka dalam pelayanan dengan mengunjungi rumah mereka terlebih dahulu. Setibanya di rumah Simon, Yesus mengetahui bahwa ibu mertuanya terbaring sakit karena demam. Tanpa ragu-ragu, Yesus mendekat, menggenggam tangannya, dan membantunya berdiri. Tindakan Yesus ini menunjukkan kepada kita kebaikan, perhatian, dan kasih-Nya kepada orang-orang yang dikasihi murid-murid-Nya. Kemudian demamnya hilang dan dia melayani mereka. Kepemimpinan Yesus yang unik dan autentik tidak hanya meneguhkan murid-murid-Nya akan pelayanan-Nya di masa depan, namun juga memberikan jaminan kepada keluarga mereka, bagi mereka yang percaya dan mengikuti-Nya. Sebagai balasannya, ibu mertua Simon aktif melayani Yesus dan murid-murid-Nya sepanjang sisa hidupnya.

 

Adegan khusus dalam Injil hari ini mendorong saya untuk merenungkan kehidupan pribadi dan keluarga para religius di masa sekarang. Kehilangan dan penderitaan yang tidak terduga di antara orang-orang beriman tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dihindari; hal yang sama juga bisa terjadi pada keluarga-keluarga yang mempunyai calon anggota religius. Sayangnya, tidak jarang kita mendengar kritik yang ditujukan kepada keluarga para pastor atau biarawati, yang menyatakan bahwa mereka ini tidak ada bedanya dengan keluarga lain, tidak sempurna dan menghadapi banyak tantangan. Bagi saya, saya percaya bahwa Tuhan melimpahkan berkah kepada keluarga-keluarga tersebut; Dia juga memberikan kekuatan dan ketahanan.

 

Mukjizat yang diceritakan dalam bacaan Injil hari ini menjadi contoh kepedulian Tuhan terhadap mereka yang mengabdikan diri pada kerajaan Tuhan dan keselamatan jiwa. Faktanya, sejumlah besar para religius telah berbagi pengalaman bahwa motivasi awal mereka untuk mempersembahkan hidup mereka kepada Tuhan berasal dari campur tangan-Nya yang ajaib dalam kehidupan mereka sendiri atau kehidupan anggota keluarga mereka. Dengan kata lain, Tuhan sering mengambil inisiatif untuk membangkitkan panggilan-Nya dalam diri mereka. saat mereka memulai perjalanan rohaninya, banyak dari mereka yang terus berperan aktif dalam membimbing dan mendorong keluarganya dengan berbagai cara, untuk menjadi umat Katolik yang taat.

 

Dari pengalaman saya yang masih awal sebagai anggota religius, saya menyadari bahwa jalan ini tidak mendatangkan kekayaan materi, keamanan, atau kemuliaan pribadi bagi keluarga saya. Namun, mereka dengan teguh mendukung saya dan bersedia berbagi dalam perjalanan yang saya pilih. Saya sangat yakin bahwa Tuhan melengkapi peran saya dalam keluarga dengan lebih efektif dibandingkan jika saya hadir secara fisik. Pada gilirannya, saya berkewajiban untuk menjalani kehidupan yang, sebagaimana diajarkan Gereja, “menyatakan secara lebih penuh kepada semua umat beriman kehadiran harta surgawi yang telah dimiliki … (LG 44).

 

Oleh karena itu, dalam menjawab panggilan Tuhan, saya merasa ini merupakan suatu anugerah bagi saya, juga keluarga saya. Harapan saya untuk keluarga saya tetap ada sejak saya memilih untuk mengikuti Dia, agar mereka lebih memperhatikan cahaya iman, untuk mempersembahkan diri mereka dalam pelayanan Gereja dan untuk lebih aktif mengambil bagian dalam misi-Nya di bumi, meskipun tidak sempurna.

 

By:  Marie Nguyen Thi Nhiem