Mereka Pergi dan Tinggal Bersama Dia Sepanjang Hari Itu.

 

Yohanes, dalam Injil hari ini, mengisahkan  kepada kita tentang panggilan murid-murid pertama Andreas dan para sahabat yang tidak disebutkan namanya (mungkin, alasan Yohanes tidak menyebutkan Andreas yang tak adalah agar kita dapat mengalami panggilan Tuhan sendiri  dan untuk melihat kembali kisah-kisah panggilan kita sendiri.) Mereka adalah murid Yohanes Pembaptis yang pertama. Saat itu Yohanes Pembaptis menunjuk ke arah Yesus dan berkata kepada mereka: “Lihatlah, ini adalah Anak Domba Allah,” mereka segera mengikuti Dia.

 

Namun, mereka sepertinya tidak berani mendekati Yesus. Entah bagaimana, hal ini terjadi karena mereka merasa malu, karena mereka tidak tahu bagaimana memulai percakapan, atau karena mereka takut, karena mereka merasa tidak layak untuk berbicara kepada Dia yang disebutkan oleh Yohanes Pembaptis: “Dia yang akan datang setelah aku; Aku tidak layak melepaskan tali sandalnya” (Yoh. 1:27). Apa pun alasannya, mereka telah memutuskan untuk memulai perjalanan mengikuti Yesus dan menjadi murid-murid-Nya.

 

Yesus berinisiatif dan bertanya kepada mereka: “Apa yang kamu cari?” Pertanyaan yang Yesus ajukan kepada para murid juga ditujukan kepada kita masing-masing. Hal ini mengajak kita menyelami hati lebih dalam untuk merenungkan pertanyaan: apa yang kita cari dalam kehidupan haji ini? Apa yang kita cari sebagai umat Katolik? Apa yang kita cari sebagai murid dan pengikut Yesus?

 

Adapun Andreas dan murid-murid lainnya, mereka mengajukan pertanyaan kepada Yesus, meskipun sederhana, namun dari hati mereka ingin tahu: “Di mana kamu tinggal?” Mereka telah mendengar banyak hal tentang Yesus melalui Yohanes sehingga mereka rindu untuk mengalami sendiri kehidupan Yesus, dan mengikuti Dia. Yesus awalnya memanggil para murid untuk “datang dan melihat” sendiri tidak hanya di mana Dia tinggal tetapi juga di mana Dia mengizinkan mereka untuk merasakan siapa Dia sehingga mereka dapat memahami makna sebenarnya dari Pribadi tersebut dan kehidupan yang ingin mereka jalani.

 

Saya percaya bahwa “pertemuan menuntun pada hubungan yang intim,” karena para murid telah berada bersama Yesus di rumah-Nya dan mengenal Dia secara pribadi. Saya bertanya-tanya apa yang dilihat para murid, yang menarik mereka dan membuat mereka tetap bersama-Nya pada hari itu, menghabiskan waktu berbincang dengan-Nya, dan menyaksikan kehidupan-Nya sendiri?

 

Namun, hal itu menunjukkan bahwa pengalaman mereka begitu dalam sehingga mereka bahkan mengingat dengan baik saat-saat mereka bersama; saat itu sekitar jam empat sore. Penulis tidak memberi tahu kita secara detail tentang pertemuan mereka. Bagi saya sepertinya dia ingin hidup di ruang yang masing-masing dari kita dapat mengisinya sendiri.

Setelah hampir tujuh tahun mengikuti Yesus dalam kehidupan rohani, saya bertanya pada diri sendiri apa yang saya temui yang membuat saya terus maju hingga saat ini. Saya dapat menjawab bahwa saya telah menemukan Tuhan dan mengalami kasih Kristus bagi saya, yang menjaga saya dalam telapak tangan-Nya dan menuntun saya setiap hari dalam hidup saya. Dia dengan murah hati memberi saya banyak orang di sepanjang perjalanan ini untuk membantu dan membimbing saya serta menunjukkan kepada saya bagaimana menjalani kehidupan sebagai misionaris. Dia mencintaiku terlepas dari segala dosa dan keterbatasan. Saya bersyukur kepada Tuhan atas panggilan saya dan rahmat yang telah Dia berikan kepada saya sehingga saya dapat terus mengikuti Dia dengan sukacita dan cinta.

 

Setelah tinggal bersama Yesus, Andreas menyadari dengan pasti bahwa Dialah Mesias. Ia pulang ke rumah dengan penuh sukacita dan semangat, menceritakan pengalamannya bersama Yesus kepada Petrus, dan membawanya kepada Yesus agar ia juga dapat menjumpai pengalaman luar biasa yang dialami Andreas. Sebagai umat Kristiani, kita dipanggil untuk melanjutkan misi memperkenalkan kasih Tuhan kepada sesama dan membawa mereka kepada Yesus, seperti yang dilakukan Andrew melalui kesaksian hidup kita.

 

Renungan oleh : Maia Thu Hien

Alih Bahasa : Agatha OP