Panggilan untuk Pergi Ke Gurun
Sebelum memulai pelayanan-Nya, Yesus masuk ke padang gurun dan tinggal di sana selama 40 hari. Entah kenapa gurun pasir bukan tempat lain yang lebih terfasilitasi dan nyaman. Gurun adalah tempat terpencil yang jauh dari semaraknya suasana dunia. Tidak ada yang lain kecuali banyak pasir dan angin. Di tempat yang sunyi itu, nampaknya tidak ada satu makhluk pun yang dapat dengan mudah bertahan hidup. Namun, Yesus berada di gurun itu. Dia berada di sana untuk berdoa, mendengarkan dan berkomunikasi dengan Bapa, memahami kehendak Bapa, dan mempersiapkan diri-Nya untuk misi penyelamatan. Di masa Prapaskah ini, kita diajak untuk masuk ke dalam gurun hati kita. Apa artinya? Artinya menjauhi kebisingan dunia, pikiran kita, kegelisahan kita, dan sepenuhnya berada dalam kehadiran Sang Kekasih dan mendengarkan suara-Nya yang berbisik kepada kita. Dalam suasana gurun pasir yang sunyi itu, kita mungkin juga bisa bersentuhan dengan diri kita sendiri, menelaah jati diri kita, kehidupan yang kita jalani, dan tujuan yang kita kejar. Kita mungkin bertanya pada diri sendiri: Apakah kita masih berada di jalur yang benar atau kita tergoda oleh hal-hal dunia lain dan melupakan hal yang paling penting? Jika kita telah tersesat dari kehidupan yang pernah kita janjikan untuk dijalani. Inilah saatnya kita melakukan pertobatan, kembali kepada Tuhan dengan segenap hati, dan memperbarui tujuan hidup kita. Untuk melakukan hal ini memerlukan sikap perubahan, kerendahan hati, dan pemurnian hati.
Barangkali, inilah saat yang tepat untuk melepaskan diri kita dari hal-hal yang tidak sesuai dengan Tuhan, untuk berusaha mengubah sedikit demi sedikit apa yang masih kita miliki karena ego dan keegoisan kita untuk mencintai dengan bebas dan tanpa syarat, untuk beralih dari keegoisan ke kemurahan hati. , dari frustrasi menjadi kesabaran, dari gampang menilai dan kritik menjadi pengertian, dari kebencian menjadi cinta, dari iri hati menjadi penghargaan. Selain itu, dalam kesendirian di padang pasir, hati kita mungkin menikmati momen saat ini dan terbuka terhadap kebutuhan orang lain dengan kasih sayang dan cinta. Untuk kali ini, hati kita dipenuhi dengan kasih dan pengampunan Tuhan, pikiran kita diterangi dengan kehendak Tuhan dan jiwa kita dikuatkan dengan Roh Tuhan.
Kita pada gilirannya ingin membagikan kasih dan pengampunan Tuhan kepada mereka yang membutuhkan dengan kasih yang sama yang kami terima secara cuma-cuma dari Tuhan. Kita didorong untuk membagikan pesan pertobatan dan sukacita Injil kepada semua orang seperti yang telah dilakukan Yesus.
Renungan oleh : Maia Thu Hien (Suster Dominikan di East Timor)
Alih Bahasa: B. Agatha OP
Recent Comments