Renungan Harian hari ke 11 Hari Minggu Prapaskah II Injil: Lukas 9:28b–36

Renungan Harian hari ke 11 Hari Minggu Prapaskah II Injil: Lukas 9:28b–36

Bacaan I: Kejadian 15:5–12, 17–18            Mazmur: 27:1, 7-8, 8-9, 13-14.

Bacaan II: Filipi 3:17–4:1                                Injil: Lukas 9:28b–36

Renungan dari buku Journey Through Lent by Clement Harrold, diterjemahkan oleh Sis Agatha Titik R (Dominikan Awam Indonesia)

Bagaimanakah bacaan pertama hari ini berkaitan dengan bacaan lain hari ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama kita harus mengambil Langkah untuk kembali dan menyadari konteks di mana bacaan pertama dari kitab Kejadian ini terjadi. Teks dari Kejadian 15 adalah pengingat kembali ke bagian penting dalam Kejadian 12 ketika Allah menyampaikan kepada Abraham (kemudian, Abraham) janji perjanjian: “Dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat” (Kejadian 12: 3).

Bacaan hari ini menggambarkan pemberlakuan perjanjian serius ini, antara Abraham dan Tuhan, di mana Abraham melambangkan tidak dapat diganggu gugatnya perjanjian dengan membelah berbagai binatang menjadi dua dan berjalan di antara bangkai mereka. Sisa-sisa hewan yang dikeringkan berfungsi sebagai pengingat yang kuat tentang apa konsekuensi spiritual yang akan terjadi jika Abraham tidak setia pada sumpahnya.

Namun yang penting, kita juga melihat Tuhan mengulangi dalam perikop ini janji sebelumnya yang diberikan kepada Abraham: janji tanah. “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu” (Kej 12:7). Tanah Kanaan yang dijanjikan akan menjadi warisan leluhur orang-orang Yahudi.

Bandingkan ini dengan bacaan kedua hari ini, dan koneksinya mencolok. “Karena kewargaan kita adalah di dalamsurga” (Flp 3:20), St Paulus mengingatkan kita. Dengan kata lain, sementara Tuhan memberikan janji tanah fisik kepada Abraham dan keturunannya, kita sebagai orang Kristiani tahu bahwa tanah air kita yang sebenarnya terletak di surga, dan di dunia baru yang akan datang (lihat Wahyu 21:1)

Catatan Injil tentang Transfigurasi mengingatkan kita, bagaimanapun, bahwa dunia baru ini akan sangat banyak menggabungkan tubuh fisik kita, sehingga kita juga suatu hari akan berbagi tubuh dalam keadaan Kristus yang dimuliakan.

Apakah saya selalu memperlakukan tubuh saya sebagai aspek integral dari diri saya sendiri?

Bagaimanakah saya dapat memberikan kemuliaan yang lebih besar kepada Tuhan dengan memperlakukan tubuh saya lebih seperti bait Roh Kudus?