
Renungan Harian Hari Ke-13 Rabu Pekan Kedua Prapaskah Injil: Matius 20:17–28
Bacaan I: Yeremia 18:18–20 Mazmur: 31:5–6, 14, 15–16
Injil: Matius 20:17–28
Renungan dari buku Journey Through Lent by Clement Harrold, diterjemahkan oleh Bro Theo Atmadi OP (Dominikan Awam Indonesia)
Inilah sisi lucu dari bacaan Injil hari ini. Anak-anak Zebedeus yang ambisius mendekati Yesus bersama dengan ibu mereka, dengan harapan diberikan tempat terhormat di Kerajaan-Nya. Yesus bertanya kepada mereka, “Dapatkah kamu minum piala yang harus Aku minum?” Mereka menjawab, “Kami sanggup” (Mat 20:22). Sejauh ini bagus. Tapi kemudian datang bagian yang lucu. Yesus memberi selamat kepada mereka karena bersedia menerima piala penderitaan-Nya, tetapi baru sekarang Dia memberi tahu mereka bahwa bukanlah hak-Nya untuk memberikan tempat kehormatan itu!
Orang dapat membayangkan Yakobus dan Yohanes merasa sedikit bingung, setelah setuju untuk menderita atas nama Yesus hanya untuk menyadari bahwa mereka tidak dijanjikan imbalan apa pun. Dalam perikop ini orang dengan jelas melihat pembalikan nilai-nilai kekafiran dalam Kekristenan. Yesus melawan pendekatan orang bukan Yahudi terhadap ketuhanan, dan sebagai gantinya Dia menetapkan paradigma sentral kerendahan hati, yang kita lihat dalam bacaan kemarin.
Untuk lebih jelasnya, Kekristenan tidak hanya mengambil etika pagan dan menambahkan beberapa pemanis di atasnya. Sebaliknya, Yesus membalikkan nilai-nilai pagan, mengubah kebajikan pagan, dan menawarkan kepada kita perspektif baru yang radikal tentang apa artinya menjadi manusia seutuhnya.
Dalam kemerosotan moral dan sosial yang mengancam untuk menelan budaya kontemporer kita, tidaklah sulit melihat bahwa ketika kita mulai mengabaikan visi Injil ini, kekacauan pun terjadi. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” kata St. Paulus kepada jemaat di Roma (12:2). Begitulah pesan Yesus kepada murid-murid-Nya, pesan yang sama yang Dia sampaikan kepada kita hari ini.
Apakah saya kadang-kadang berkompromi atau meremehkan iman Kristen saya karena keinginan untuk disukai atau takut dijauhi?
Jika demikian, bagaimanakah saya bisa menjadi lebih berani dan melawan keduniawian dalam cara saya menjalankan Injil?
Recent Comments