Bacaan I: Daniel 13:1–9, 15–17, 19–30, 33–62

Mazmur: 23:1–3a, 3b–4, 5, 6

Injil: Yohanes 8:12–20

Bacaan pertama hari ini adalah bacaan yang panjang dan pedih, dan kita dapat menjadikannya sebagai pelajaran bagi kita dengan sebuah latar belakang imajinatif selama berbicara tentang kesaksian Yesus dalam Injil.

Dalam bacaan dari kitab Daniel, Susanna yang difitnah, yang memiliki kesaksian yang benar, tetapi protesnya diabaikan. Sebaliknya, kesaksian palsu dari kedua penatua itu dipercaya, dan hanya ketika Daniel campur tangan, kebenaran itu terungkap. Dalam hal ini, Daniel menantikan Kristus, yang selalu siap untuk membela kita dari penuduh besar yakni setan.

Anda mungkin ingat adegan di C.S. Lewis The Lion, the Witch and the Wardrobe, ketika kejahatan penyihir menyatakan bahwa darah Edmund bocah itu harus ditumpahkan karena dia pengkhianat. Kita semua adalah pengkhianat karena telah berdosa, tetapi Yesus, seperti Daniel dan Aslan, menanggung dosa-dosa kita ke atas diri-Nya. Yang diminta dari kita hanyalah bertobat dan kembali kepada-Nya.

Menarik untuk dicatat juga penyebab dari cara-cara jahat para tua-tua: “Nafsu telah menyesatkan hatimu,” Daniel memberitahu mereka (13:56). Ini adalah pengingat yang serius bahwa setiap kali kita berbuat dosa, kita tergelincir ke dalam kegelapan rohani, dan membuat diri kita kurang mampu melihat kebenaran dari berbagai hal.

Sebagai tanggapan atas kesulitan manusiawi kita, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai terang dunia. Dia melakukannya, ditambah lagi, di area bait suci di mana orang-orang Yahudi akan mendirikan kaki dian besar di malam hari selama hari Raya Pondok Daun, membuat perumpamaan itu sangat kuat bagi pendengar langsung-Nya.

Sebagaimana Yohanes katakana dimanapun, Kabar Baik dari Injil Kristen adalah bahwa, “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan, dan kegelapan itu tidak menguasainya” (Yohanes 1:5). Marilah kita berusaha untuk membiarkan Yesus bersinar lebih terang dalam hidup kita.

 

Apakah kasih karunia Kristus tampak efektif dalam diri saya?

Siapakah teladan umat Katolik dalam hidup saya yang tampaknya secara radikal mencerminkan terang Kristus, dan bagaimana saya dapat menjadi lebih seperti mereka?

 

Renungan dari buku Journey Through Lent, Reflections on the Daily Mass Readings by Clement Harrold