Renungan Sabtu Pekan Kelima Prapaskah

Renungan Harian Hari Ke-34 Sabtu Pekan Kelima Prapaskah 9 April 2022

Bacaan I: Yehezkiel 37:21–28 Mazmur: Yeremia 31:10, 11–12abcd, 13

Injil: Yohanes 11:45–56

Yesus baru saja membangkitkan Lazarus dari kematian, ratusan orang mulai percaya kepada-Nya, dan bagi musuh-musuh-Nya, itu adalah jerami terakhir, suatu yang melampaui batas.

Ketika Dewan Sanhedrin orang Farisi, Saduki, dan imam kepala diadakan untuk membahas peristiwa-peristiwa ini, Kayafas imam besar tanpa disadari menyampaikan nubuat: bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.”” (Yohanes 11:50).

Dari perspektif sejarah, ada ironi yang melekat dalam teks, mengingat terjadinya Perang Yahudi-Romawi Pertama, yang terjadi hanya tiga puluh tahun setelah peristiwa Injil hari ini. Selama perang ini, pemberontakan Yahudi benar-benar padam. Pada musim panas tahun 70 M, kota Yerusalem dilenyapkan, Bait Suci dihancurkan, dan orang-orang Yahudi tercerai berai. Dengan demikian, nasib yang berusaha dihindari oleh Sanhedrin akhirnya terwujud beberapa dekade kemudian.

Namun, bagi John the Evangelist, ada sesuatu yang lebih dalam terjadi di sini. Dari mata iman, dia menyadari kebenaran yang tidak disengaja dari kata-kata Kayafas, yaitu bahwa karena pengorbanan Yesus di kayu Salib, keselamatan rohani bangsa Yahudi akan terwujud. Bahkan lebih dari itu, bagaimanapun, Yohanes memberitahu kita bahwa kematian Kristus akan berfungsi “untuk mengumpulkan menjadi satu anak-anak Allah yang tercerai-berai” (Yohanes 11:52).

Dengan cara ini, pembacaan Perjanjian Lama dari Yehezkiel menemukan penggenapannya. Sementara Yehezkiel berbicara tentang satu kerajaan Israel yang dipersatukan dalam pemujaan yang benar, Yohanes menantikan kerajaan universal anak-anak Allah yang akan ditetapkan oleh Kristus di Kalvari. Kerajaan itu adalah Gereja, dan kita adalah pewarisnya.

Apakah saya menyadari akan realitas persekutuan orang-orang kudus dalam kehidupan saya sehari-hari?

Bagaimana saya dapat bertumbuh dalam pengabdian saya kepada orang-orang kudus di surga, dan bagaimana saya dapat menjadi lebih baik dalam berpaling kepada mereka di saat-saat sulit?

Renungan diterjemahkan dari buku Journey Through Lent, Reflections on the Daily Mass Readings by Clement Harrold