Renungan Harian Ke-16 Sabtu Pekan Kedua Prapaskah Hari Raya St. Joseph

Renungan Harian Ke-16 Sabtu Pekan Kedua Prapaskah Hari Raya St. Joseph

Bacaan I: 2 Samuel 7:4–5a, 12–14a, 16 Mazmur: 89:2–3, 4-5, 27 dan 29

Bacaan II: Roma 4:13, 16–18, 22

Injil: Matius 1:16, 18–21, 24a

Renungan dari buku Journey Through Lent by Clement Harrold, diterjemahkan oleh Bro Theo Atmadi OP (Dominikan Awam Indonesia)

Selama berabad-abad, berbagai teori telah diajukan mengenai bagaimana St. Joseph bereaksi terhadap pengakuan bahwa Maria hamil. Yang pertama dikenal sebagai Teori Kecurigaan: Joseph mencurigai Maria berzinah, dan karena dia benar tetapi juga lembut, dia memilih untuk menceraikannya secara diam-diam tanpa membuatnya malu.

Perspektif kedua kadang-kadang disebut Teori Kebingungan. Joseph tidak percaya Maria akan melakukan perzinahan, tetapi dia juga tidak tahu bagaimana dia hamil, jadi dia tetap bingung.

Teori ketiga, bagaimanapun, menghindari konotasi negatif dari Teori Kecurigaan, sementara pada saat yang sama memberikan lebih banyak penjelasan daripada Teori Kebingungan. Pendekatan ketiga ini dikenal sebagai Teori Penghormatan, dan mendapat dukungan dari raksasa teologis seperti St. Bernard dari Clairvaux dan St. Thomas Aquinas. Dalam pandangan ini, Joseph menyadari sifat ajaib dari kehamilan Maria sejak awal, namun dia begitu dikuasai oleh rasa ketidakpantasannya sendiri sehingga dia memutuskan harus berpisah darinya secara diam-diam.

Mengetahui dengan tepat teori mana yang benar bukanlah tugas yang mudah, dan Gereja tidak pernah mendefinisikannya dengan satu atau lain cara. Sebuah kata yang harus ditawarkan untuk membela Teori Penghormatan, bagaimana-pun, adalah seperti berikut ini: St. Joseph adalah salah satu orang tersuci yang pernah hidup, jadi kita dapat menyimpulkan bahwa dia akan memiliki karakter hakim yang layak!

Mengingat ini, tampaknya tidak mungkin bahwa dia akan dengan mudah menyerah pada keyakinan bahwa tunangan tercintanya bisa mengkhianatinya dengan begitu kejam. Joseph mengenal Bunda Maria lebih baik daripada siapa pun, dan dia sudah merasakan kemurnian dan keindahan spiritualnya yang tak terduga. Tidakkah dapat dibayangkan, kemudian, bahwa setelah mengetahui bahwa dia sedang mengandung, pikirannya mungkin telah beralih ke nubuat kuno dari Yesaya? “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yes 7:14). Joseph pasti sudah mengetahui Kitab Suci dengan baik, dan mau tak mau orang bertanya-tanya berapa kali dia memikirkan ayat ini di hari-hari yang sulit setelah Kabar Sukacita itu.

Mungkin — mungkin saja  —dia perlahan mulai menyadari bahwa dia terlibat dalam sesuatu yang jauh lebih besar, jauh lebih mendalam, dan jauh lebih misterius daripada yang pernah dia bayangkan.

Bagaimana di tahun ini saya bisa lebih dekat dengan St. Joseph?

Apa yang yang bisa saya lakukan agar devosi saya kepada Santo Joseph dan Maria semakin  bertumbuh?