KENAPA KAMU RAGU, THOMAS?

 

Haleluya Haleluya!  “Bersyukurlah kepada Tuhan, karena Dia baik, kasih-Nya abadi.  sorak sorai kemenangan, hari yang telah Tuhan jadikan, marilah kita bergembira dan bersukacita karenanya, dalam Mazmur Tanggapan.”  Saat ini seluruh Gereja universal masih bersukacita atas kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus, Juruselamat dan Penebus seluruh umat manusia.

 

Bacaan Injil yang mencatat perjumpaan Yesus dengan murid-muridnya, khususnya Thomas termasuk di dalamnya.  Yesus memulai percakapannya dengan salam pertamanya kepada para murid.  Dia tidak mengatakan Halo atau Hai tetapi Dia memulai dengan “Damai.”  Dia berkata “Damai sejahtera bagi kamu, (Yoh 20: 20, 21)” kedamaian dari Tuhan Yang Bangkit penuh dengan sukacita.  Para murid bersukacita ketika mereka melihat Guru mereka.  Yesus berkata lagi, “Damai sejahtera menyertai kamu.”  Tuhan memberikan damai sejahteranya tidak hanya satu kali saja, namun berkali-kali.

 

Dalam Injil ini, saya akan merenungkan karakter murid Yesus, yaitu Thomas.  Dia adalah salah satu dari Dua Belas murid.  Saya akan fokus pada tiga proses yang menuntun pada pewartaan iman Thomas.

 

Proses pertama adalah kelemahan dan keterbatasan manusia.  Thomas merasa tertekan dan sedih karena orang yang disebutnya sebagai gurunya itu sudah tidak bersamanya lagi.  Dia tidak percaya murid-murid lain berkata kepadanya, “Kami telah melihat Tuhan!  (Yoh 20:25a).”  Katanya, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangannya dan mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungnya, niscaya aku tidak akan percaya (Yoh. 20:25a).”

 

Pertanyaannya pernahkah Anda meragukan kemurahan Tuhan?  Namun, kita adalah manusia, kita semua memiliki kelemahan dan keterbatasan.  Seringkali kita juga seperti Thomas mengalami kebingungan dan keraguan.  Namun gambaran indah tentang kesabaran dan pengampunan Tuhan mengubah dirinya.

 

Yesus tidak memperhitungkan kesalahan dan kekeliruan murid-murid-Nya, namun Ia datang untuk memberikan damai sejahtera dan mengirimkan Roh Kudus kepada mereka.  Yang lebih berharga lagi adalah Dia mengisi ketidak-percayaan menjadi percaya.  Yesus menyatakan diri-Nya kepada Thomas.  Mengapa kamu ragu, Thomas?  Dia berkata, “Letakkan jarimu di sini dan lihat tanganku, bawalah tanganmu dan letakkan di sisiku, dan jangan tidak percaya, tapi percaya, (Yoh 20:27).”

 

Proses kedua adalah pengalaman perjumpaan.  Thomas telah melihat Gurunya secara langsung.  Ia mengalami kemurahan Tuhan seperti cinta dan pengampunan Tuhan.

 

Dalam hidup kita pun ketika kita berada dalam krisis, kita tidak akan memiliki cukup keberanian untuk menghadapi tantangan hidup.  Kami mulai kehilangan iman dan kepercayaan kami pada belas kasihan dan kasih Tuhan.  Namun ketika kami telah berjumpa dengan Tuhan pada masa-masa krisis tersebut.  Kita akan menjadi lebih kuat dalam iman kepada Tuhan.  Kita akan menyadari bahwa Tuhan adalah kekuatan dan keberanian kita.  Tuhan adalah segalanya bagi kita.

 

Proses ketiga adalah pengakuan iman.  Pengalaman murid Thomas dengan Tuhan Yang Bangkit mengubah dirinya.  Ia mengakui kebenarannya, Yesus benar-benar Tuhan, Anak Tuhan yang terkasih.  Thomas percaya dan mengakui imannya kepada Tuhan, “Tuhanku dan Tuhanku.”  Thomas menerima rahmat Tuhan yang bangkit dan panggilan untuk mewartakan kabar baik-Nya kepada seluruh bangsa.

 

Yesus Kristus memberi kita kemenangan.  Dia mengatasi kematian dan kubur.  Yesus mengajarkan kita untuk memiliki keberanian menghadapi tantangan dan ketakutan kita dengan iman.  Dan melalui pengalaman kita berjumpa dengan-Nya.  Kami menyatakan iman kami dan membawa pengalaman kami akan kasih dan belas kasihan Tuhan satu sama lain, terutama kepada mereka yang putus asa dan patah hati.  Itulah misi kami di bumi ini.

 

Refleksi oleh Miriam Y Phol

Alih Bahasa : Bp. Theo Atmadi OP